Arah Jam Tiga
“pip, jam 3!”,
“hah? apa yog?”, tanyaku bingung.
“delok jam 3!”, jelasnya.
“owh…”,
Tanpa basi-basi langsung ku ambil ponsel 2700 klasikku di saku.
“iseh jam 2 kok, piye to…. Jam mu salah mesti kui….”, jawabku ringan.
“dudul….hahahaha”, dia malah ketawa.
Aku tambah bingung.
“maksudmu piye jhe boy…”, tanyaku menegaskan.
“lihat arah jam 3 boy!!!”, dia menjelaskan.
“oowhh, subhanallah yog, hahahaha”,
“hahahhaha, jos mantep to?”,
“iyo….banget boy….”
Kita ketawa bersama, orang-orang memandangi kita cetus, mungkin dalam hati mereka bilang,
“ini orang sudah gila kali ya, ketawa-ketawa ga mengenal tempat”.
“piye menurutmu pip?”, dia menambahkan.
“cocok buat antum akh…hahahaha”, ledekku.
“hasyah….”,
“lho, secara kan dia hanya untuk orang-orang yang setingkat dengannya…. pas banget karo koe”,
“pas piye je boy maksudmu?”, tanyanya tegas.
“yo pas wae, nek secara penampilan kwe kan wis koyo ustadz, jas ireng, kaca mata, celana 8/10, suara oke, tinggal atur masalah kedalaman pemahaman aja boy….”,
“ah telo kwe pip, hahahahaha”,
“hahahahaha…”, kita kembali ketawa.
***
Gamis merah tua menjuntai menemani balutan jilbab panjang yang jatuh terurai rapi hampir melewati setengah badannya. Di padu dengan tas jinjing yang menemani di setiap langkah perjalanannya nampak menambah anggun, membuat setiap sorot mata yang menatap menuju kepadannya terang terpukau.
***
“menurutmu model-model ngono kui cantik ra pip?”,
“cantik.”, jawabku singkat.
“nek menurutmu piye?”, aku tanya balik.
“perfect. Joss…”,
“tapi bukankah cantik itu tidak hanya di lihat dari penampilan, tetapi kita juga harus mempertimbangkan inner beautynya?”,
“boy, orang-orang yang seperti mereka itu tidak perlu lagi di tanya soal inner beauty”,
“hmmm…iya juga ya?", aku berpikir mungkin ada benarnya juga.
“apeemmmm…..”,
“lha trus piye? Apakah kita harus mengubah penampilan kita? Memanjangkan jenggot dan memendekkan celana?”,
“ya tidak harus langsung demikian boy, sebelum mengubah penampilan lebih baik kita perbaiki dulu diri kita”, jelasnya dengan serius.
“lha nek kowe???”,
“nek aku kewalikane, jiahahahaha”,
Ah dasar ini orang, kembali aneh. Tapi aku sudah cukup terbiasa dengan keanehan-keanehannya.
“ngerti ra pip, jodoh kita nanti adalah cerminan dari sikap keseharian kita”,
“maksudmu?”,
“jodoh kita adalah seperti apa kita”,
“hmmm, yayaya…”, aku menganggukan kepala.
“berarti ketika kita memimpikkan seorang istri dengan balutan gamis dan jilbab terurai panjang, paling tidak kita harus mampu seperti mereka yang berjenggot panjang?”,
“right boy, tapi penekanannya lebih ke pemahaman tentang agamannya, bukan sekedar penampilan”,
“baiklah.baiklah.baiklah…”, aku mulai paham dengan penjelasannya.
“jadi mulai sekarang, berlomba-lombalah untuk menjadi manusia yang lebih baik, bukan begitu saudara Yoga?”, tambahku.
“benar sekali saudara Afif. Semangat!!!!”,
“Semangat!!!”,
Kami melanjutkan perjalanan pulang, menarik pedal gas motor lebih kencang, nasi padang dengan ayam balado sudah melayang-melayang di pikiranku, terus saja teringat nama "Ganti Namo". Perut kosongku tampaknya sudah tak mau lagi di ajak berkompromi setelah 4 sks yang melelahkan tadi. Baiklah, setelah aku sampai rumah, meletakkan tas dan sepatu langsung cari makan, planningku.
Komentar
Posting Komentar
Boleh berkomentar... :)