yang aku tahu... bahwa perasaan tak bisa dipaksakan... bagaimanapun keadaan seseorang... dan yang aku pahami.... bahwa memang betapa pedihnya jika hati tersakiti... terlebih jika merasa terhianati. bukan aku tak mengerti, bukan pula aku tak mau mengerti.... namun aku hanya ingin, semuanya baik-baik saja... mungkin selama itu aku akan diam, karena aku akan merasa lebih tenang. aku tak mampu lagi mengingat masa lalu, karena masa lalu itu bagiku hanya fatamorgana. aku sangat mengharapkan akan pengertian.... itu yang aku inginkan.
“Apa kamu sudah mantap?” “Ya mantap lah...” “Yakin?” “Yakin dong...” Sejujurnya saya masih penasaran dengan keputusannya ketika mendengar jawaban tersebut, jangankan orang lain, orang tuanya sendiri saja merasa tidak yakin dengan apa yang diinginkannya. Namun, dari sekian orang yang mendengar berita tersebut, embahnya lah yang paling uring-uringan. Pasalnya, di mata beliau berdua, dia masihlah anak kecil yang sering merengek minta dibelikan jajan di warung sebelah rumah. Anak kemarin sore yang kencing saja masih belum bisa lurus sudah punya keinginan sebesar itu, pikir saya. Kala itu saya di telpon oleh embah utinya (ibu saya sendiri .red) seminggu sebelum lebaran. Dengan nada agak sedikit gugup beliau bicara ke saya. “Fif, si Syafa...” “Syafa kenapa?” “Tadi siang kan bapak jemput dia di rumahnya, tiba-tiba kok ngomong begini, “mbah, habis lebaran Syafa mau sunat, tapi sunatnya di rumah embah ya?”” “Apa dia serius?”, tanya saya penasaran. “Iya ...
Aku baru saja meletakkan tas kerja dan belum sempat mencuci muka ketika ibumu tiba-tiba menghadangku. Aku juga belum mampu menerjemahkan raut mukanya karena pikiranku belum beranjak dari pekerjaan, setelah seminggu terakhir aku harus pulang lebih larut dari biasanya. Rasa lelah masih menggelayut saat dia menarik tanganku agar duduk di sebelahnya. Ada sesuatu yang ingin dikatakan kepadaku dengan segera, tebakku saat itu. Maka akupun diam siap mendengarkan apa yang akan dikatakan. Bukan kalimat yang dia katakan, namun ditunjukannya sebuah benda padaku. Sebuah benda kecil tipis sepanjang jari kelingkingku, ada strip di tengahnya, nampak dua strip merah. Awalnya aku merasa biasa saja karena belum tahu apa artinya. Namun ketika ibumu mengatakan bahwa itu artinya dia hamil, rasa campur aduk seketika muncul, haru dan bahagia, ucapan syukur tak terkira pada Yang Maha Memberi Hidup, Allah swt. Kamu adalah hujanku dalam tandusnya suasana...
fif gw mau follow blog lw kga bisa dah.. -___- ajarin blog dong fif.. haha
BalasHapussekarang udah bisa rin, kemarin emang gak aku appear.
BalasHapusbelajar autodidak rin, serching2 kn banyak tuh.
yang penting kan isinya...
syukron buat kisah2nya bang roni, setidaknya pantas untuk mem-bokmark-nya,menjdikannya pengisi malam sampai terpejam.
BalasHapuswaiyakum om,
BalasHapussaya hanya menulis apa yang ingin saya tulis,
syukur tulisan saya bisa bermanfaat untuk yg lain.