Hmmm.... rasanya udah lumayan lama ngga posting ya.... Baiklah, ada beberapa alasan yang bisa saya sampaikan kepada pemirsa sekalian kenapa saya jarang posting. Dengan mengingat, menimbang, dan memperhatikan beberapa hal mana berikut saya sampaikan alasan-alasannya : Pertama , menyesuaikan sub judul blog, "hanya sebuah ode pengusir sepiku", karena akhir-akhir ini saya sering ditemani oleh seseorang yang mana mampu membuat diri saya sementara tidak merasa kesepian, oleh karena alasan itu saya "simpan" dulu bloggingnya...hehehehe... Kedua , saya tidak ingin merusak moment liburan semester. (halah...sok-sokan...) Ketiga , karena selama liburan di kampung halaman, tidak ada jaringan internet. Kalaupun ingin berinternet ria maka dibutuhkan perjuangan lebih untuk mencapai tempatnya (warnet.red). hohohoho... Keempat , yaitu karena komputer saya rusak!!! Dan selama penulisan postingan ini saya meminjam lepi teman sebelah. V.V Demikia pemberitahuan ini saya sampaiakan, ...
Tiga ekor beruang kecil tampak berkumpul di depan ibu mereka. Beruang kakak beradik ini begitu asyik mendengarkan kata-kata wasiat yang disampaikan induk beruang yang mulai tampak tua. ”Anak-anakku, kini saatnya untuk kalian belajar tentang hidup. Tapi, ibu tidak bisa lagi menemani kalian. Ibu yakin, kalian sudah bisa membedakan, mana yang baik dan yang buruk,” jelas induk beruang di hadapan ketiga anaknya. ”Kira-kira, kemana kami bisa belajar tentang hidup, Bu?” tanya salah satu anak beruang. ”Kalian bisa pergi ke lembah hijau yang bersebelahan dengan hutan ini. Tapi...,” suara induk beruang terhenti. ”Tapi apa, Bu?” sergah si sulung kemudian. ”Kalian harus hati-hati, di sana ada danau yang punya pengaruh buruk. Jangan sekali-kali merasa nyaman di sana,” ungkap sang induk begitu serius. Selepas perpisahan, ketiganya pun berangkat. Dari kejauhan, sang induk hanya mampu melambaikan tangan demi memunculkan kemandirian tiga puteranya. Berbagai hal di perjalanan mereka alami. Mulai ...
Puncak Gede, 27 April 2012 2958 mdpl. Pagi mengendapkan sepi, udara berselimut dingin, butir-butir embun terakumulasi pada pucuk-pucuk daun lalu jatuh bebas di atas tanah. Sebuah suara dari balik tenda samar terdengar, pukul 4.30 pagi, bang Aji, salah seorang teman asal Jakarta yang ikut rombongan kami sudah menyalakan kompor untuk memasak air. Saya terbangun seiring suara yang semakin lama semakin jelas terdengar di telinga, udara terasa begitu dingin menusuk kulit. Bang Aji menyodorkan secangkir kopi full cream untuk saya, satu dua kali sruputan, kehangatan begitu terasa mengalir turun dari kerongkongan hingga terendap di perut. Berada di ketinggian 2400 meter sepagi ini tak terbayang bagaimana dinginnya mata air sumber satu-satunya yang ada di tempat ini. Ya, disini terdapat satu sumber air yang biasa digunakan oleh para pendaki untuk memasak ataupun mengisi kembali botol air mereka. Tanpa harus repot merebusnya, air dari mata air ini bisa langsung di minum karena setidaknya ...
fif gw mau follow blog lw kga bisa dah.. -___- ajarin blog dong fif.. haha
BalasHapussekarang udah bisa rin, kemarin emang gak aku appear.
BalasHapusbelajar autodidak rin, serching2 kn banyak tuh.
yang penting kan isinya...
syukron buat kisah2nya bang roni, setidaknya pantas untuk mem-bokmark-nya,menjdikannya pengisi malam sampai terpejam.
BalasHapuswaiyakum om,
BalasHapussaya hanya menulis apa yang ingin saya tulis,
syukur tulisan saya bisa bermanfaat untuk yg lain.