Bingung

Binggung...
itu yang aku rasakan sekarang, cemas, kalut, kacau, atau apa itu namanya, yang jelas pikiran tidak lagi sejalan dengan kenyataaan...
perasaan yang aku mulai rasakan dari beberapa minggu yang lalu. Entah apa penyebab semua itu aku sendiri tidak tahu. Segala macam dugaan coba mulai kuhadirkan untuk mengatasi masalahku ini, terlalu banyak libur kan? atau ada sebab yang lain...

Satu per satu mulai ku analisa kegiatanku akhir-akhir ini, semenjak awal libur semester yang lalu. Tepat satu minggu setelah libur semester dimulai, aku pergi ke tTangerang ketempat kakakku yang tinggal disana, tujuanku jelas selain untuk silaturrahmi juga untuk mengisi liburan, bertemu dengan sepupu yang lama tidak bertemu menjadi kebanggan tersendiri bagiku. Bermain, bersepeda disore hari, menjadi kegiatanku selama 2 hari di sana. Setelah itu, aku pun kembali pulang kerumah. Hampir dua bulan penuh aku habiskan masa liburan hanya dirumah saja, membatu orang tua adalah bentuk tanggung jawabku kepada keduanya yang telah membesarkanku hingga sampai sekarang ini, menyapu, mencuci, dan berbagai macam bentuk kegiatan yang mampu aku kerjakan sedapat mungkin aku lakukan. Selesai itu kontan tak ada lagi kegiatanku di rumah, hanya duduk, membaca buku-buku tinggalan kakakku semasa kuliah, tidur, atau sekedar menghidup udara di luar rumah. 

Di luar itu, sebagai wali amanah yang diberi tanggung jawab memegang kuasa atas satu organisasi, aku bebisa mungkin menyusun agenda-agenda kedepan, terlebih akan menghadapi bulan Ramadhan. Aku harus mengumpulkan anggota-anggotaku untuk merencanakan beberapa kegiatan yang akan dilakukan di bulan itu. Rapat menjadi kegiatan utamaku sekarang, tak jarang ibu sering bertanya kepadaku ketika aku memakai pakaian rapi menenteng tas kertas coklat bergaris, lantas aku jelaskan apa yang menjadi jawaban atas pertanyaanya.

Dua bulan dengan kegiatan yang tak terjadwal, dua bulan aku merasakan kebimbangan, dan sampai sekarang pun perasaan itu masih bergelayut dipiranku. Terlebih, benturan-benturan argumen, bantahan, dan sangkaan yang kadang tak bisa aku atasi membuat rasa bimbangku semakin berkecamuk. 

Keluhku ingin segera aku akhiri, didalam hati aku ingin berteriak sekencang-kencangnya, namun sekali lagi aku adalah seorang laki-laki, mengeluh dan cengeng harus aku buang jauh-jauh, aku harus bisa menyikapinya dengan dewasa, walaupun dewasa bagiku adalah sesuatu yang sangat sulit kudapati.

Lelahku tak bisa lagi kumaknai dengan baik, aku terlalu lemah untuk mejadi seseorang yang serba sempurna.
Dan akupun sadar, disetiap akhir cerita yang adanya tinggal lah harapan, semoga harapanku ini dapat dikabulkan olehNya. Amin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Libur Lebaran dan Moment Hidup Syafa

Kamu, Petrichor Itu