Salam Perpisahan
Waktu setengah tahun bagiku mungkin sudah cukup, cukup untuk tidak lagi duduk berjam-jam di depan layar monitor yang kadang membuatku jenuh dan pusing, untuk tidak lagi menyapa orang-orang yang membutuhkan jasa pelayanan dengan senyum terpaksaku karena rasa lelah yang menimpa, cukup untuk tidak lagi menarik laci meja kayu yang di dalamnya tergeletak lembaran-lembaran uang kertas mulai dari ribuan hingga puluhan ribu dan kadang ada beberapa tumpuk uang receh di sampingnya, cukup untuk tidak lagi bangun di tengah malam lalu beranjak menembus dinginya udara , cukup bagiku untuk tidak lagi memesankan makanan dan minuman ke ibu Ratna untuk para pelanggan, cukup bagiku untuk bercanda dan bersenda gurau dengan Ucok dan Yuli ketika mereka mampir sepulang sekolah, cukup bagiku untuk tidak lagi menumpang shalat di depan ruang TV kost bu Ratna, cukup bagiku untuk menerima keluhan dan cacian dari mereka yang merasa dirugikan, cukup bagiku untuk selalu meninggalkan teman2 kampusku sesaat setelah selesai kuliah, cukup bagiku untuk meninggalkan kuliah2 tambahan yang memang bertabrakan dengan jadwalku, cukup bagiku untuk selalu beralasan kepada temen2 kampus ketika di ajak kumpul, cukup bagiku untuk semua itu.
Tidak pernah ada kata menyesal dariku, yang ada hanya rasa sukur dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada teman seperjuanganku, Udin, Arif, Alif, Said, Panji, Febi, serta Maulana. Terima kasih telah memberiku banyak kesempatan, memberiku semangat, serta memberiku pelajaran, bagaimana cara kita bersikap dan bertoleransi, bagaimana kita mau menerima beban dan kritikan dari orang lain, bagaimana kita belajar untuk disiplin, bagaimana kita belajar untuk sekedar mencari sumber kehidupan kelak untuk anak dan istri kita.
Sekali lagi aku telah menempuh sebuah fase kehidupan yang sangat sayang untuk dilupakan begitu saja. Sebuah fase yang menurutku begitu istimewa, karena disitulah aku telah bisa membeli sesuatu dengan uang hasil keringatku sendiri, meskipun masih kalah jumlah dengan uang kiriman dari orang tua yang setiap bulan beliau kirimkan, namun lebih jauh dari itu, ada sebuah kepuasan yang tak bisa di cirikan.
Dari semua kenanganku bersama kalian, aku meminta maaf bila telah banyak melakukan kesalahan selama menjalankan tugasku, kepada temanku Said, bersabarlah, mudah-mudahan Allah menggantinya dengan yang lebih baik jika kita mau mengikhlaskannya, lain kali lebih berhati-hati lagi.
Dan sekarang saatnya konsentrasi ke dunia perkuliahan, mengerjakan tugas dan laporan hasil praktikum yang tak lama lagi tiba batas larutnya. Doakan semoga cepat kelar. Amin.
Komentar
Posting Komentar
Boleh berkomentar... :)