Kisah lama untuk cerita nanti

aku tulis cerita ini saat malam ngengalun tenang,
ketika jiwa-jiwa tengah sembunyi dibalik mimpi,
yang terdengar hanyalah suara lirih angin dari balik jendela

malam ini terasa begitu gelap, tampaknya bulan malu untuk keluar, 
atau bahkan enggan karena keberadaanku disini,
yang ada hanya sorot neon 18 watt dari kamar sebelah, 
dialah yg selalu setia menggantikan sosok bulan untukku.

sesaat,
aku teringat kembali akan kisah-kisahku yang lalu,
satu kisah yg kelak ingin aku ceritakan kembali pada anakku,
suatu saat kelak...

kisah tentang sebuah perjalanan panjang nan melelahkan,
kisah tentang kehidupan yang rumit dan memusingkan,
kisah tentang permainan rasa yang begitu perih dan menyakitkan,

aku hanya ingin katakan,
selamat tinggal kisah lama,
terima kasih telah menjadi bagian dari perjalananku,
kini ataupun nanti,
kau pasti akan menemukan lagi mutiaramu,
Tuhan akan menggantinya dengan yang lebih indah,
jalan kita masihlah panjang, mendaki dan berliku,
tapakilah jalan kita masing-masing,
dan berharaplah kelak kita akan bertemu dipersimpangan,
janganlah kau bersedih akan tertutup lembaran-lembaran baru,
karena suatu nanti,
anakku masih akan mendengar cerita tentangmu.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Libur Lebaran dan Moment Hidup Syafa

Kamu, Petrichor Itu