Waktu sudah lewat setengah perjalanan malam, saat jemari ini memutuskan untuk mengenal kembali barisan tuts yang telah lama ditinggalkan. Menyapa datangnya angin malam dengan ditemani senyap kegelapan malam. Aku kembali bersama
Selaksa Edelweiss, sebuah lembar hitam yang cukup lama aku biarkan terdiam.
Ya, mungkin sudah hampir dua bulan aku tidak pernah lagi membuka blog, semenjak disibukkan oleh kegiatan lomba EHDC II, kebetulan aku diberi amanah untuk mengurusi masalam web, karena lomba itu sendiri bertaraf nasional sehingga aku dituntut untuk bekerja secara professional, lantas hampir tak ada kesempatan buatku lagi untuk barang sebentar menengok blog. Sampai pada akhirnya aku mengabaikannya.
Kanigoro, 30 Juli 2011
 |
tika, afa, ipeh, inez, aku, iska, udin, arni, bu dukuh, mz bagus |
Dari sebuah padukuhan di daerah perbatasan antara kabupaten Bantul dan Gunung Kidul, tepatnya di dukuh Kanigoro Desa Mangunan Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul. Sudah hampir satu bulan aku bersama 23 rekanku menjalankan Kuliah Kerja Nyata. Kami dibagi dalam 3 sub unit, masing-masing di sub unit Sukorame, sub unit Lemahbang, dan sub unit Kanigoro, dan setiap unit dihuni oleh 8 orang. Program Pengangkatan air bersih menjadi fokus utama kami karena memang di daerah tersebut masyarakat masih bermasalah dengan ketersediaan air bersih. Aku sendiri mendapat tempat di sub unit Kanigoro dimana kondisi topografinya bisa dikatakan paling “kurang bersahabat” karena kami harus bersusah payah naik turun bukit terlebih dahulu untuk menjangkaunya. Namun itu tidak menjadi sebuah persoalan buat kami, karena di balik topografi tersebut ternyata Kanigoro memiliki banyak kelebihan. Kondisi masyarakat yang ramah, pemandangan alam yang indah serta disini ada kebun buah yang sering menjadi tempat untuk event-event besar menjadi kelebihan di dukuh Kanigoro dibandingkan dengan yang lain.
 |
inez dengan gayanya di puncak kebun buah |
Kami berdelapan tinggal di rumah pak Dukuh, 4 cowok dan 4 cewek, selain delapan orang dari kami rumah pak Dukuh juga dihuni oleh bu Dukuh, si Iska ( anak pak dukuh, yang lain kali aku ceritakan tentang dia ), mbah Kakung serta mbah Putri, total kami semua berjumlah 13 orang dalam satu rumah. Hari-hari kami habiskan untuk melaksanakan program yang memang sudah direncanakan, rapat koordinasi, rapat pelaksanaan program, sudah menjadi makanan kami sehari-hari. Selain konsen pada rogram pengangkatan air, kami juga konsen pada program pendidikan dan pertanian. Setiap hari minggu, selasa, dan jumat sore kami mengajar adik-adik di TPA, sementara senin dan rabu siang melakukan bimbingan les di rumah pak Dukuh. Banyak pengalaman berharga selama kurang lebih kami terjun langsung ke masyarakat. Mau tidak mau kami harus mampu untuk menjadi teladan bagi masyarakat, membantu mereka menuju masyarakat yang lebih maju, setidaknya itulah yang menjadi tujuan dari KKN kami yang bertajuk Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat. Memberdayakan masyarakat dengan ilmu-ilmu yang telah kami dapat di bangku kuliah.
Kedepan, semoga kami mampu menyelesaikan kegiatan KKN ini dengan lancar hingga pada batas waktu yang telah ditentukan untuk kemudian kembali ke dunia kampus.
Komentar
Posting Komentar
Boleh berkomentar... :)