Kakiku kakukaku
Sudah dua hari ini badan terasa kaku. Kakiku kakukaku huhuhu. Yea buat berdiri aja susah apalagi musti jalan, anda mungkin bisa membayangkan sendiri bagaimana cara jalan anak yang baru disunat, yapz kira-kira masih 11 - 12 lah dengan itu. Sebenarnya sudah ada keinginan untuk mengunjungi tukang pijat, tapi keinginan itu runtuh ketika melihat isi dompet yang mulai kering ditambah lagi cerita dari mas Kaspo (yoga.red) yang katanya bakal di "plinti-plintir" sama si tukang pijitnya. Hmm, saya pikir-pikir ulang, mendingan diurungkan saja dalam-dalam niat itu daripada badan saya tambah melintir.
Semua kesengsaraan nikmat ini bukan tanpa alasan, ada hukum sebab-akibat yang menjadikan saya terpaksa mengulang cara berjalan seperti beberapa tahun yang lalu ketika "kulit itunya saya terpotong". Baik langsung ataupun tidak, yang jelas semuanya berawal dari Sekatenan. :D
***
1 message received : dari Yoga.
"Pip,,
ono wektu ra???
Anter aku neng sekatenan sedilut gelem ra???
tapi bariki..
Aku tadarusan dilit..
Hahahahahaha.."
Reply:
"yo..
Longgar kog..
Ameh golet opo emange?"
bla...bla...bla...
Dan smsnya pun masih belanjut sampai pada "MoU dua manusia" yang memang sama-sama suka menggila. Sampai pada akhirnya kami sepakat untuk berangkat Sekatenan. Tiba di TKP ternyata suasananya padat merayap, kami terendap-endap dan akhirnya mangap-mangap mirip ikan kakap. Suasana riuh meriah menghiasi setiap sudut alun-alun utara. Mulai dari anak-anak sampai kakek-kakek, pria, wanita, hingga waria semua kumpul jadi satu. Dan pemandangan yang tak kalah ramainya adalah di sudut tenggara alun-alun. Ya, disana ada area tempat hiburan bagi mereka yang ingin ikut melarutkan kegembiraanya. Karena masa kecil kami kurang bahagia jadi tak ada salahnya jika sekedar ikut mencoba.
Disudut paling timur, ada semacam tempat bermain yang terbuat dari tumpukan busa disisi luarnya dan semacam bahan selastik disisi dalam, saya sendiri belum tahu apa nama permainan itu tapi yoga bilangnya trampolin, jadi saya ngikut saja. Sebut saja trampolin jungkat-jungkit (ngasal). Lantas kami bermain jungkat-jungkit dengan membuang rasa malu jauh-jauh, karena kami paling muda diantara anak-anak lain, mereka kebanyakan masih duduk di sekolah dasar. Dengan wajah yang innocent kami menikmati permainan. Berjungkat-jungkit naik turun jungkir sana jungkir sini kaki di kepala kepala di kaki.
Hampir setengah jam lamanya keringat mengucur deras, membuat badan yang tadinya asam menjadi semakin tambah asam tak karuan. Masih dengan memasang wajah innocent akhirnya kami memutuskan untuk keluar dari arena. Dan di pagi hari setelahnya efek mulai terasa, badan tak bisa digerakkan seperti yang saya ceritakan di awal.
Baiklah, mungkin memang itu yang harus saya bayar dari apa telah saya lakukan. Artinya akan selalu ada hukum sebab-akibat dari setiap aksi yang kita lakukan. Jadi, lakukan apa yang menurut anda pantas dan ingin lakukan. Bekali diri anda dengan kemampuan mengubah wajah innocent guna menghadapi situasi yang bukan semestinya. Salam super. :D
Komentar
Posting Komentar
Boleh berkomentar... :)