Pesan Pertama

     
     
      Kamu tahu? ibumu kian payah untuk beraktifitas, sekalipun sekedar bermotor untuk berbelanja di depan komplek, pulangnya ia kerap kelelahan. Padahal yang aku tahu, sebelum ada kamu di rahimnya, dia adalah salah satu perempuan kuat dan handal saat bermotor. Ibumu, saat masih kuliah dulu, selalu bermotor dari rumah menuju kampus pulang pergi setiap hari, jaraknya tidak bisa dikatakan dekat bagi ukuran perempuan.  Sepulang kuliah ia tak lantas duduk manis di depan televisi, masih ada urusan lain yang harus ia selesaikan. Dia adalah seorang entrepreneur, menjadi reseller merk jilbab yang saat itu sedang trend. Sepulang kuliah, ibumu acapkali mengantar pesanan jilbab dari para customer, COD istilah kerennya.

     Aku melihat lain pada sosok ibumu daripada perempuan sebayanya. Di mataku, ia adalah perempuan mandiri, kuat, dan seorang calon ibu yang baik. Tentu saja sebagai manusia biasa, ada kekurangan pada dirinya dan itu sudah menjadi tugasku untuk mengisi kekurangannya.

     Kini kamu kian tumbuh dan perut ibumu kian membesar. Atas rasa ikhasnya, segala kepayahan saat mengembanmu akan bernilai ibadah. Setiap kali aku melihat muka lelahnya, seketika pula aku teringat nenekmu, ibuku sendiri. Rasanya tak ada yang pantas di dunia untuk membayar segala pengorbanannya. Dari sini aku ingin mengajarkanmu satu hal, mari hormati ibu. Sehat-sehatlah nak, jadilah anak soleh dan bermanfaat bagi sesama.


Saat kamu 20 minggu di perut ibumu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Coretan malam

Untuk Sebuah Nama

Selesai yang Bukan Akhir